Kamis, 29 November 2012

KETULUSAN HATI


Malam semakin kelam, namun Clarisa, anak gadis keturunan Belanda itu belum juga bisa memejamkan mata. Dia masih memikirkan kata-kata kakeknya tadi sore, saat di teras rumah.
 “ Apa benar agama Islam itu keras, dan kolot ? Tapi kenapa teman-teman banyak yang beragama Islam ? ”
Keesokan harinya saat di Sekolah Clarisa bertanya pada Aisyah teman sebangkunya. “ Ais, aku mau tanya sesuatu, tapi kamu jangan tersinggung ya!”
“ Memangnya ada apa? Apa yang ingin kamu tanyakan ?” Aisyah memang lembut dan penyabar. “ Tadi sore aku dan kakek berbincang masalah agama kamu, agama Islam.”
“ Memang ada apa dengan Agama aku ?” Aisyah semakin penasaran dengan pertanyaan Clarisa.
“ Apa benar agama Islam itu Keras dan Kolot.” Clarisa menurunkan volume suaranya bahkan sampai hampir tidak terdengar. Tetapi Aisyah hanya tersenyum saat pertanyaan itu terlontar dari mulut Clarisa. “ Kamu kok malah tertawa sih? Apa pertanyaanku itu lucu?” tanya Clarisa sambil mengerutkan dahi. ‘wah ini bisa jadi ladang dakwah nih, tanpa susah-susah Clarisa sudah bertanya dengan sendirinya’ ucap Aisyah didalam hati. “ Ya itu tergantung orangnya.” Clarisa tambah bingung dengan jawaban Aisyah.
“ Maksudnya gimana sih Ais?”
“ Ya sebenarnya Islam itu mudah, enak, dan enjoy. Kalau orangnya masuk Islam dengan ikhlas maka ia akan menjalankan ibadah dengan rasa suka dan itu dapat menjadikan dirinya enjoy. Ada apa kok kamu tanya-tanya masalah Islam, tumben banget lho?”

“ E...aku sebenarnya tertarik sekali dengan Islam dan berniat masuk Islam, dan saat kemarin sore berunding dengan Kakek dan kedua orangtua aku, kita malah berdebat dan mereka bilang orang Islam itu kaku dan kolot.”
“ Ya itu karena keluargamu belum tahu bagaimana Islam yang sebenarnya.” Aisyah kalau menjawab segala pertanyaan selalu santai, maka dari itu banyak sekali teman-teman yang menyukai Aisyah.
“ Ais, aku merasakan sesuatu getaran yang berbeda dan selalu kurasakan saat melihat kamu dan teman-teman sembahyang di Masjid. Dan anehnya beberapa waktu yang lalu aku bermimpi kalau rumah aku kebakaran dan yang membantu aku untuk keluar dari rumah itu adalah teman-teman yang memakai jilbab, termasuk kamu.” cerita Clarisa dengan tubuh bergetar.
“ Ya gimana kalau nanti kita kerumah aku, kamu bisa bertanya masalah Islam kepada Ayah dan Kakakku, mereka itu sudah berpengalaman dan memiliki banyak ilmu yang berkaitan dengan Islam.” memang Ayah dan Kakaknya Aisyah itu seorang Ustad. Sepulang Sekolah akhirnya mereka pergi kerumah Aisyah, karena Pak Kholid, Ayah Aisyah sedang pergi kepengajian dan yang ada dirumah hanya Kak Alfian maka Aisyah mengajak Clarisa untuk bertanya masalah agama Islam kepada kakaknya.
Clarisa ditinggal sendirian di ruang tamu rumah kecil mungil milik keluarga Aisyah. Aisyah masih mencari kakaknya dan saat ketemu kakaknya Aisyah bercerita kedatangan temannya itu dan menceritakan status sahabatnya sebagai orang yang memeluk agama lain. “ Kak, ini lho ada teman Ais yang ingin bertanya masalah Islam. Kakak mau membantunya kan?” 
“ Ya kakak akan membantunya memangnya ada apa? Apa yang dapat kakak bantu.” tanya Kak Alfian dengan sabar dan pengertian.
“ Begini kak, kemarin kan saya mengutarakan keinginan saya untuk masuk Islam.”
“ Alhamdulillah. Lalu kenapa.” ucap Kak Alfian. “ Kakak nih ya, Clarisa saja ceritanya belum selesai sudah disela.”
“ Tetapi keluarga saya tidak setuju, kata mereka Islam itu Keras dan Kolot. Apa itu benar kak?”
“ Sebenarnya Islam itu tidak keras dan kolot. Yang keras dan kolot itu adalah watak dari seseorang yang memeluk agama tersebut. Islam itu damai, kita selalu menyerukan perdamaian dan selalu mementingkan kedamaian dan kebersamaan.”
“ Tapi bagaimana dengan bom Bali Kak?”
“ Itu kembali kepada orangnya. Pikiran mereka pendek dan mereka hanya menuruti emosi mereka saja. Kalau Kakak boleh tahu apa yang menyebabkan kamu ingin masuk Islam?”
“ Ya saya lihat Islam itu memberi kedamaian hati, maksudnya walaupun saya belum masuk Islam tetapi saat saya melihat orang yang sedang sembahyang itu hati saya tenang dan ada getaran tersendiri dari dalam hati saya. Kak bagaimana orang seperti saya ini bisa masuk Islam?”
Dan dengan telaten Kak Alfian menerangkan cara masuk Islam dan menjawab semua pertanyaan Clarisa dengan hati-hati takut kalau salah ngomong malah jadi berabe.
Dan pada siang itu juga Clarisa masuk Islam tanpa perasaan ragu-ragu lagi. Hatinya merasa lebih tenang dan masalah timbul setelah Clarisa sampai dirumah. Orangtuanya melihat Clarisa sholat Asar. “Clarisa, tadi apa yang kamu lakukan?”
“ Mana Ma? Apa Sholat yang Mama maksud?”
“ Ya hal yang sering dilakukan orang Islam, mencium lantai dan selalu menghadap kearah barat. Lalu kenapa kamu tadi juga melakukannya? Mama tidak suka!” suara Mama  Clarisa meninggi dan seperti orang yang sedang murka.
“ Ma, Clarisa memang sudah memeluk agama Islam, dan Clarisa wajib untuk melakukan Sholat.”
“ Apa yang kamu bilang! Dasar anak tak tau untung. Mau jadi apa kamu, memeluk agama yang keras dan kolot tersebut?” tanya Kakek dengan nada emosi dan muka yang merah padam membuatnya semakin takut.
“ Islam tidak keras dan juga tidak kolot Kek.” jawab Clarisa dengan sabar dan tenang.
“ Kamu tetap memilih keluarga kamu atau agama yang kamu anut!” tanya Kakek yang masih emosi. Mama langsung terhentak saat pertanyaan itu terlontar dari mulut Kakek.
“ Kek, keduanya sangat berharga bagi Icha. Keluarga akan memberi kebahagiaan bagi kehidupan Icha didunia, dan Agama Islam akan memberi kebahagiaan pada Icha saat di akherat nanti dan kedamaian hati Icha Kek. Tolong Mama dan Kakek mengerti Icha. Icha sudah menemukan pedoman hidup Icha.” jawab Clarisa dengan tenang dan penuh pengharapan agar Keluarganya dapat menerima dia apa adanya.
“ Kamu tetap harus memilih antara Keluarga kamu atau Agama yang kamu anut itu?! Kalau kamu memilih Kita maka kamu harus keluar dari agama kamu itu, namun kalau kamu memilih agama kolot tersebut terpaksa kamu harus meninggalkan rumah ini.” ucap Kakek yang menunjukkan kebijaksanaannya, tetapi itu bukan kebijaksanaan bagi Clarisa tetapi itu sebuah pemaksaan kehendak.
“ Maaf Ma, Kek, Icha tetap pada pendirian Icha. Icha akan tetap memeluk agama Islam, dengan segala resikonya.”
“ Termasuk meninggalkan Mama sayang?” tanya Mama dengan meneteskan air mata.
“ Ya sudah kalau itu keputusan kamu segera kamu tinggalkan rumah ini.” ucap Kakek yang menampakkan kekecewaan terhadap cucunya semata wayang tersebut. Memang itu bukan rumah orangtua Clarisa, Papa Clarisa adalah anak satu-satunya dan Clarisa adalah cucu satu-satunya. Maka Kakek yang berkuasa dirumah itu, bila sudah menjadi keputusan bagi Kakek maka tidak ada yang berani membantahnya.
Dengan berat hati Clarisa pergi dari rumah. “ Ma, maafkan Clarisa, karena sudah mengecewakan Mama dan Papa. Tolong ikhlaskan Clarisa untuk menjalankan perintak Allah SWT.” kata Clarisa sambil menangis dan memeluk Mamanya. “ Lalu apa yang harus Mama katakan pada Papa kalau beliau pulang dari Dinasnya sayang?” tanya Mama dengan raut muka yang kebingungan untuk menjawab pertanyaan Suaminya.
“ Ya kejujuran itu harus diutamakan Ma, nanti kalau Papa pulang Mama katakan saja apa yang terjadi. Kakek berhak kok untuk marah pada Icha karena Icha tidak patuh pada perintah Kakek. Sampaikan maaf Icha pada Kakek ya Ma.”
“ Kamu nanti mau tinggal dimana sayang?”
“ Insya Allah Icha akan tinggal di Panti Asuhan milik keluarga Aisyah.”
“ Ya sudah kalau mau pergi segera pergi, jangan lama-lama disini, saya sudah tidak mau melihat wajah cucu yang tidak mau menurut dan pemberontak itu.” ujar Kakek dengan emosi.
“ Hati-hati disana ya nak !”
“ Iya Ma, Assalamu’alaikum.” Clarisa kemudian pergi dan dia tinggal di Pondok pesantren milik keluarga Aisyah, disana Clarisa diterima dengan baik. Keteguhan hati pasti akan membuahkan sesuatu yang telah diharapkan.
Tiga tahun berlalu, Clarisa mendapat telefon dari keluarganya bahwa kakeknya meninggal dunia. Clarisapun dilema, disatu sisi dia ingin sekali melihat kakeknya untuk terakhir kali dan disisi lain dia telah diusir dari rumahnya.
“Icha, lebih baik kamu pulang sekarang. Berikanlah penghormatan terakhir untuk kakek kamu daripada suatu hari nanti kamu akan menyesal” usul kak Alfian dengan bijak
“Tapi Kak . . .???”
“Sudahlah, yang lalu biarlah berlalu. insyaAllah semuanya akan menjadi lebih baik. Nanti Aisyah akan mengantarkan kamu kerumah kamu.”sambung kak Alfian.
Sesaat sebelum meninggal dunia kakek meninggalkan beberapa pesan. Dan salah satu pesan itu untuk Clarisa.
“Clarisa, cucuku tersayang, kakek ijinkan kamu untuk memilih jalan hidup kamu sendiri dan kakek restui kamu untuk memeluk Islam. Kembalilah kerumah ini cucuku. Kakek bangga memiliki cucu seperti kamu. Jaga ayah dan Ibumu sayang. Maafkan atas keegoisan kakek.” Clarisa sangat bahagia dan terharu karena kakeknya telah tersadarkan di akhir hayatnya. Clarisapun kembali kerumahnya dan tak lama setelah dia di Wisuda Sarjana, kak Alfian datang bersama kelurganya untuk melamar Clarisa. Dan akhirnya keluraga Clarisa memeluk agama Islam sebagai pegangan hidup.
“Akhirnya kita tidak hanya jadi sahabat tapi kita jadi saudara ya Cha.” Tutur Aisyah setelah Clarisa dan kakaknya menikah
“Dah ya capek nich nulis terus...
Ri2n bo2k dlu ah....
Da...da...da...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar