Malam semakin kelam, namun Clarisa, anak gadis keturunan
Belanda itu belum juga bisa memejamkan mata. Dia masih memikirkan kata-kata
kakeknya tadi sore, saat di teras rumah.
“ Apa benar agama
Islam itu keras, dan kolot ? Tapi kenapa teman-teman banyak yang beragama Islam
? ”
Keesokan harinya saat di Sekolah Clarisa bertanya pada
Aisyah teman sebangkunya. “ Ais, aku mau tanya sesuatu, tapi kamu jangan
tersinggung ya!”
“ Memangnya ada apa? Apa yang ingin kamu tanyakan ?”
Aisyah memang lembut dan penyabar. “ Tadi sore aku dan kakek berbincang masalah
agama kamu, agama Islam.”
“ Memang ada apa dengan Agama aku ?” Aisyah semakin
penasaran dengan pertanyaan Clarisa.
“ Apa benar agama Islam itu Keras dan Kolot.” Clarisa
menurunkan volume suaranya bahkan sampai hampir tidak terdengar. Tetapi Aisyah
hanya tersenyum saat pertanyaan itu terlontar dari mulut Clarisa. “ Kamu kok
malah tertawa sih? Apa pertanyaanku itu lucu?” tanya Clarisa sambil mengerutkan
dahi. ‘wah ini bisa jadi ladang dakwah nih, tanpa susah-susah Clarisa sudah
bertanya dengan sendirinya’ ucap Aisyah didalam hati. “ Ya itu tergantung
orangnya.” Clarisa tambah bingung dengan jawaban Aisyah.
“ Maksudnya gimana sih Ais?”
“ Ya sebenarnya Islam itu mudah, enak, dan enjoy. Kalau
orangnya masuk Islam dengan ikhlas maka ia akan menjalankan ibadah dengan rasa
suka dan itu dapat menjadikan dirinya enjoy. Ada apa kok kamu tanya-tanya
masalah Islam, tumben banget lho?”
“ E...aku sebenarnya tertarik sekali dengan Islam dan
berniat masuk Islam, dan saat kemarin sore berunding dengan Kakek dan kedua
orangtua aku, kita malah berdebat dan mereka bilang orang Islam itu kaku dan
kolot.”
“ Ya itu karena keluargamu belum tahu bagaimana Islam
yang sebenarnya.” Aisyah kalau menjawab segala pertanyaan selalu santai, maka
dari itu banyak sekali teman-teman yang menyukai Aisyah.
“ Ais, aku merasakan sesuatu getaran yang berbeda dan
selalu kurasakan saat melihat kamu dan teman-teman sembahyang di Masjid. Dan
anehnya beberapa waktu yang lalu aku bermimpi kalau rumah aku kebakaran dan
yang membantu aku untuk keluar dari rumah itu adalah teman-teman yang memakai
jilbab, termasuk kamu.” cerita Clarisa dengan tubuh bergetar.
“ Ya gimana kalau nanti kita kerumah aku, kamu bisa
bertanya masalah Islam kepada Ayah dan Kakakku, mereka itu sudah berpengalaman
dan memiliki banyak ilmu yang berkaitan dengan Islam.” memang Ayah dan Kakaknya
Aisyah itu seorang Ustad. Sepulang Sekolah akhirnya mereka pergi kerumah
Aisyah, karena Pak Kholid, Ayah Aisyah sedang pergi kepengajian dan yang ada
dirumah hanya Kak Alfian maka
Aisyah mengajak Clarisa untuk bertanya masalah agama Islam kepada kakaknya.
Clarisa ditinggal sendirian di ruang tamu rumah kecil
mungil milik keluarga Aisyah. Aisyah masih mencari kakaknya dan saat ketemu
kakaknya Aisyah bercerita kedatangan temannya itu dan menceritakan status
sahabatnya sebagai orang yang memeluk agama lain. “ Kak, ini lho ada teman Ais
yang ingin bertanya masalah Islam. Kakak mau membantunya kan?”
“ Ya kakak akan membantunya memangnya ada apa? Apa yang
dapat kakak bantu.” tanya Kak Alfian dengan
sabar dan pengertian.
“ Begini kak, kemarin kan saya mengutarakan keinginan
saya untuk masuk Islam.”
“ Alhamdulillah. Lalu kenapa.” ucap Kak Alfian. “ Kakak nih ya, Clarisa saja ceritanya belum selesai
sudah disela.”
“ Tetapi keluarga saya tidak setuju, kata mereka Islam
itu Keras dan Kolot. Apa itu benar kak?”
“ Sebenarnya Islam itu tidak keras dan kolot. Yang keras
dan kolot itu adalah watak dari seseorang yang memeluk agama tersebut. Islam
itu damai, kita selalu menyerukan perdamaian dan selalu mementingkan kedamaian
dan kebersamaan.”
“ Tapi bagaimana dengan bom Bali Kak?”
“ Itu kembali kepada orangnya. Pikiran mereka pendek dan
mereka hanya menuruti emosi mereka saja. Kalau Kakak boleh tahu apa yang menyebabkan
kamu ingin masuk Islam?”
“ Ya saya lihat Islam itu memberi kedamaian hati,
maksudnya walaupun saya belum masuk Islam tetapi saat saya melihat orang yang
sedang sembahyang itu hati saya tenang dan ada getaran tersendiri dari dalam
hati saya. Kak bagaimana orang seperti saya ini bisa masuk Islam?”
Dan dengan telaten Kak Alfian menerangkan cara masuk Islam dan menjawab semua
pertanyaan Clarisa dengan hati-hati takut kalau salah ngomong malah jadi
berabe.
Dan pada siang itu juga Clarisa masuk Islam tanpa
perasaan ragu-ragu lagi. Hatinya merasa lebih tenang dan masalah timbul setelah
Clarisa sampai dirumah. Orangtuanya melihat Clarisa sholat Asar. “Clarisa, tadi
apa yang kamu lakukan?”
“ Mana Ma? Apa Sholat yang Mama maksud?”
“ Ya hal yang sering dilakukan orang Islam, mencium
lantai dan selalu menghadap kearah barat. Lalu kenapa kamu tadi juga
melakukannya? Mama tidak suka!” suara Mama
Clarisa meninggi dan seperti orang yang sedang murka.
“ Ma, Clarisa memang sudah memeluk agama Islam, dan
Clarisa wajib untuk melakukan Sholat.”
“ Apa yang kamu bilang! Dasar anak tak tau untung. Mau
jadi apa kamu, memeluk agama yang keras dan kolot tersebut?” tanya Kakek dengan
nada emosi dan muka yang merah padam membuatnya semakin takut.
“ Islam tidak keras dan juga tidak kolot Kek.” jawab
Clarisa dengan sabar dan tenang.
“ Kamu tetap memilih keluarga kamu atau agama yang kamu
anut!” tanya Kakek yang masih emosi. Mama langsung terhentak saat pertanyaan
itu terlontar dari mulut Kakek.
“ Kek, keduanya sangat berharga bagi Icha. Keluarga akan
memberi kebahagiaan bagi kehidupan Icha didunia, dan Agama Islam akan memberi kebahagiaan
pada Icha saat di akherat nanti dan kedamaian hati Icha Kek. Tolong Mama dan
Kakek mengerti Icha. Icha sudah menemukan pedoman hidup Icha.” jawab Clarisa
dengan tenang dan penuh pengharapan agar Keluarganya dapat menerima dia apa
adanya.
“ Kamu tetap harus memilih antara Keluarga kamu atau Agama
yang kamu anut itu?! Kalau kamu memilih Kita maka kamu harus keluar dari agama
kamu itu, namun kalau kamu memilih agama kolot tersebut terpaksa kamu harus
meninggalkan rumah ini.” ucap Kakek yang menunjukkan kebijaksanaannya, tetapi
itu bukan kebijaksanaan bagi Clarisa tetapi itu sebuah pemaksaan kehendak.
“ Maaf Ma, Kek, Icha tetap pada pendirian Icha. Icha akan
tetap memeluk agama Islam, dengan segala resikonya.”
“ Termasuk meninggalkan Mama sayang?” tanya Mama dengan
meneteskan air mata.
“ Ya sudah kalau itu keputusan kamu segera kamu
tinggalkan rumah ini.” ucap Kakek yang menampakkan kekecewaan terhadap cucunya semata
wayang tersebut. Memang itu bukan rumah orangtua Clarisa, Papa Clarisa adalah
anak satu-satunya dan Clarisa adalah cucu satu-satunya. Maka Kakek yang
berkuasa dirumah itu, bila sudah menjadi keputusan bagi Kakek maka tidak ada
yang berani membantahnya.
Dengan berat hati Clarisa pergi dari rumah. “ Ma, maafkan
Clarisa, karena sudah mengecewakan Mama dan Papa. Tolong ikhlaskan Clarisa
untuk menjalankan perintak Allah SWT.” kata Clarisa sambil menangis dan memeluk
Mamanya. “ Lalu apa yang harus Mama katakan pada Papa kalau beliau pulang dari
Dinasnya sayang?” tanya Mama dengan raut muka yang kebingungan untuk menjawab
pertanyaan Suaminya.
“ Ya kejujuran itu harus diutamakan Ma, nanti kalau Papa
pulang Mama katakan saja apa yang terjadi. Kakek berhak kok untuk marah pada Icha
karena Icha tidak patuh pada perintah Kakek. Sampaikan maaf Icha pada Kakek ya
Ma.”
“ Kamu nanti mau tinggal dimana sayang?”
“ Insya Allah Icha
akan tinggal di Panti Asuhan milik keluarga Aisyah.”
“ Ya sudah kalau mau pergi
segera pergi, jangan lama-lama disini, saya sudah tidak mau melihat wajah cucu
yang tidak mau menurut dan pemberontak itu.” ujar Kakek dengan emosi.
“ Hati-hati disana ya nak !”
“ Iya Ma, Assalamu’alaikum.”
Clarisa kemudian pergi dan dia tinggal di Pondok pesantren milik keluarga
Aisyah, disana Clarisa diterima dengan baik. Keteguhan hati pasti akan
membuahkan sesuatu yang telah diharapkan.
Tiga tahun berlalu, Clarisa
mendapat telefon dari keluarganya bahwa kakeknya meninggal dunia. Clarisapun
dilema, disatu sisi dia ingin sekali melihat kakeknya untuk terakhir kali dan
disisi lain dia telah diusir dari rumahnya.
“Icha, lebih baik kamu pulang
sekarang. Berikanlah penghormatan terakhir untuk kakek kamu daripada suatu hari
nanti kamu akan menyesal” usul kak Alfian dengan bijak
“Tapi Kak . . .???”
“Sudahlah, yang lalu biarlah
berlalu. insyaAllah semuanya akan menjadi lebih
baik. Nanti Aisyah akan mengantarkan kamu kerumah kamu.”sambung kak Alfian.
Sesaat sebelum meninggal dunia
kakek meninggalkan beberapa pesan. Dan salah satu pesan itu untuk Clarisa.
“Clarisa, cucuku tersayang, kakek ijinkan kamu untuk
memilih jalan hidup kamu sendiri dan kakek restui kamu untuk memeluk Islam.
Kembalilah kerumah ini cucuku. Kakek bangga memiliki cucu seperti kamu. Jaga
ayah dan Ibumu sayang. Maafkan atas keegoisan kakek.” Clarisa sangat bahagia dan terharu karena kakeknya telah
tersadarkan di akhir hayatnya. Clarisapun kembali kerumahnya dan tak lama
setelah dia di Wisuda Sarjana, kak Alfian datang bersama kelurganya untuk
melamar Clarisa. Dan akhirnya keluraga Clarisa memeluk agama Islam sebagai pegangan
hidup.
“Akhirnya kita tidak hanya
jadi sahabat tapi kita jadi saudara ya Cha.” Tutur Aisyah setelah Clarisa dan
kakaknya menikah
“Dah ya capek nich nulis terus...
Ri2n bo2k dlu ah....
Da...da...da...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar